Headlines News :
Iranian President Mahmoud Ahmadinejad will seek support from Latin America's leftist leaders on a tour starting....... Read Full Post
1 2 3 4 5 6

Dunia Baruku 2 (Share Forum Akademik di Aussie)

Written By Apa Kabar Unesa on Minggu, 08 April 2012 | 19.46

Membaca pengalaman `baru' mbak Ikit, saya jadi ingat pengalaman saya saat ikut Masterclass hari Jum'at yang lalu. Bermula dari kebuntuan saya dalam meneruskan draft proposal, supervisor menyarankan untuk ikut Masterclass series dengan isu `Reception and Readerships.' Saya langsung sign up, karena topic ini memang menjadi bagian penelitian saya. Dalam bayangan saya, masterclass ini adalah semacam seminar atau kuliah umum, yang pesertanya mahasiswa S2/S3 di sekitar Melbourne area. Masterclass ini sendiri diadakan oleh Media & Communication Program di Monash University. Meski begitu, kuliah diadakan di The Wheeler Centre di pusat kota Melbourne. 

Saya masuk ke gang kecil di Little Lonsdale Street, di sisi kiri belakang Victoria State Library, mencari-cari di mana letak The Wheeler Centre. Begitu saya mendapati gedung berarsitektur Victorian ini, saya tercenung dengan berbagai tulisan dan poster tentang event-event yang diselenggarakan institusi ini. Atmosfer dunia menulis dan sastra sangat terasa di sepanjang lorong. The Wheeler Centre. Books. Writing. Ideas. Pantas saja Unesco memberi gelar Melbourne sebagai the city of literature. Komitmen pemerintah kota terhadap perkembangan dunia literasi nampak dari penuhnya kalender resensi buku, diskusi film dan media, dan berbagai kegiatan tentang literasi. (www.wheelercentre.com).

Di ujung tangga, seseorang menyapa. "Hi, are you here for the masterclass.? I'm Jinna. Let's go upstairs." Aku dan kawanku Shu Min dari Singapore beranjak ke ruang atas mengikuti dia. Baru saya tahu kemudian bahwa di adalah Dr. Jinna Tay, ketua panitia, yang juga dosen di Media & Communication Program di Monash. Satu persatu peserta datang. Ruang yang digunakan ternyata kecil. Kursi ditata saling berhadapan. Kuhitung, kursi yang disediakan tidak lebih dari 20 orang. Padahal kuliahnya mulai pukul 9 pagi sampai 4 sore. Wah, ini kayaknya bukan kuliah umum deh!

Begitulah, ternyata forum-forum akademik yang selama ini sempat saya ikuti lebih terasa seperti diskusi daripada kuliah. Tidak peduli pembicaranya professor ulung, jumlah peserta tidak akan mempengaruhi kualitas diskursi akademik. Kali ini pembicaranya adalah Prof. Sue Turnbull dari Media and Communications, The University of Wollongong. Sosok akademisi yang cukup terkenal sebagai `celebrity di radio dan TV.' Beliau acapkali berbicara sebagai komentator media. Minat penelitiannya di bidang audience research, dan juga sedang mendalami representasi kriminalitas di media, termasuk di antaranya crime fiction. Dengan reputasi seperti ini, berbicara di depan `hanya' 18 orang, yang 5 di antaranya adalah panitia dari Monash (semuanya doctor atau Associate Professor), semangat berbagi yang ditunjukkan Prof. Turnbull terasa mengagumkan. Saya tidak tahu apakah suasana yang sama akan ditemukan juga bila seorang professor terkenal diundang berbicara, dan pesertanya ternyata hanya kelas kecil. 

Dengan durasi kelas yang panjang itu, tidak mengherankan bila memang panitia dan Prof. Turnbull menginginkan partisipasi aktif peserta. Ini satu hal yang aku kagumi juga. Baik peserta yang sudah professor maupun yang baru merangkak di tangga studi S3 diperlakukan sama. Kami semua diminta menyampaikan minat penelitian, dan bagaimana kaitannya dengan reception studies dan audience research. Ada mahasiswa S2 dari RMIT yang meneliti product design and reception of IKEA. IKEA adalah produk furniture gaya Scandinavia yang sudah terkenal di seluruh penjuru dunia. Yang menarik dari penelitian si Melissa dari Colombia itu, ternyata ada persepsi berbeda antara consumer di negaranya dengan di Australia. Bagi orang Kolombia, IKEA adalah prestige. Simbol modernitas dan status sosial. Bagi orang Australia, IKEA adalah jaminan mutu barang bagus dengan harga terjangkau. Temanku Shu Min meneliti reception of sexual minorities in Japanese mainstream media and subculture. Saya sendiri akan menengok berbagi sisi budaya yang bisa terkuak dari karya-karya buruh migran, termasuk di antaranya, bagaimana `sastra Buruh Migran' diresepsi oleh masyarakat pembaca di Indonesia. 

Dengan berbagai topik dan model penelitian yang bergulir dalam diskusi, Prof. Turnbull ikut lebur dalam antusiasme diskusi. Baik saat sesi kelompok maupun panel. Peserta yang lebih senior juga memberi masukan bagi peserta yang masih `krucuk' seperti saya. Bahkan saat kelas berakhir, Prof. Turnbull menawarkan diri untuk menjadi referee bagi siapapun yang hadir yang berminat mengirimkan artikel ilmiah di jurnal yang dia review. Saya membatin, beginilah seharusnya seorang akademisi membagikan ilmunya. Yang lebih pinter dan berpengalaman mencoba menunduk dan berjongkok agar bisa sejajar dengan mereka yang butuh dibimbing. 

Mengingat kembali suasana akademik di institusi pendidikan di Indonesia. Sudah bukan jamannya lagi forum ilmiah diisi dengan pertanyaan yang maunya kritis tapi sebenarnya membantai. Meski saya pribadi justru berupaya berbicara semenarik mungkin agar menimbulkan banyak pertanyaan, banyak juga teman yang sudah keder dengan intimidasi tembok ruang seminar. Mungkin di mata meraka, forum ilmiah bisa membuat mereka tersudut atau salah menjawab, dan barangkali si penanya akan 'puas' sudah bisa mengintimidasi. 

Sudah saatnya diskusi akademik bernafaskan niat untuk saling berbagi.Dengan niat begitu, even the hardest comments can be successfully tackled. Itu artinya, si pembicara tidak hanya datang demi selembar sertifikat sebagai presenter. Kalau yang model begini nih, biasanya malah bisik-bisik dulu, "aja melu takon lho ya." 

salam,
tiwik
<tiwik_pr@yahoo.com>

Tana Toraja Family Gathering

Jumat, 6 April 2012

Pagi ini kami berangkat ke Tana Toraja. Kami, teman-teman tim SM-3T beserta keluarga, berjumlah 35 orang. Saya berangkat dengan mas Ayik dan Arga. Bu Kisyani dengan mbak Raras dan mas Ghofur. Bu Trisakti, pak Wasis, pak Warno, pak Wahono, bu Upik, bu Nanik, semua lengkap dengan keluarganya. Beberapa teman yang tidak membawa keluarga adalah prof Ekohariadi, bu Luci, bu Asri, mas Jono,  pak Beni, dan tentu saja, para bujang: Andra, Eko, Wahyu, dan Patni. Maka jadilah prof Ekohariadi menjadi koordinator para bujang.

Dana tour berasal dari tabungan honorarium kegiatan kami, dihimpun sedikit demi sedikit. Keluarga yang ikut dibiayai sendiri oleh masing-masing kita. Yang penting bisa jalan bareng. Refreshing sekaligus 'family gathering'. Kesempatan seperti ini, sungguh sangat langka. Setiap hari diisi kerja, kerja, dan kerja. Berkumpul dengan keluarga, apalagi bisa pergi bersama-sama dengan teman-teman beserta keluarganya juga, merupakan kesempatan yang mahal. Ya, hari ini, akhirnya kami bisa berangkat juga.

Tana Toraja menjadi pilihan, karena sebagian besar dari kami sudah berkali-kali pergi ke Makassar, namun belum sempat mencapai Tana Toraja. Jaraknya yang sejauh kira-kira 8 jam dari Makassar tidak bisa kami capai, karena kehadiran kami di Makasar adalah dalam rangka tugas.

Kami bertolak dari bandara Juanda menumpang Sriwijaya pada pukul 6.30 WIB. Pukul 9.00 WITA kami sampai di bandara Sultan Hasanuddin Makasar. Di gedung terminal, kami bertemu dengan bu Juhrah (PD 2 FT) dan keluarganya. Kami juga bertemu dengan bapak Tri Wrahatnolo (Dekan FT). Beliau berdua ternyata satu pesawat dengan kami. Bu Juhrah yang memang asli dari Makasar itu, akan menjemput keluarganya untuk dibawa ke Jakarta, dan bersama-sama dengan keluarganya yang di Jakarta berangkat umroh. Sedangkan pak Tri Wrahatnolo akan menghadiri pertemuan Aptekindo (Asosiasi Pendidikan Teknologi Kejuruan).

Menjelang keluar dari gedung terminal, sambil menunggu tour leader kami mengurusi bagasi, kami berkumpul, berdiri dengan rapat. Dipimpin prof Ekohariadi dan prof Kisyani, kami berdoa bersama. Kami membaca al Fatihah dan doa kesembuhan untuk bapak Purwohandoko. Beliau kemarin sore dibawa ke rumah sakit karena mendadak sakit. Saat ini beliau sedang dalam keadaan koma. Semoga Allah SWT memberikan kesembuhan untuk beliau. Amin.

Lepas dari bandara, kami menuju ke rumah makan Citra Sudiang. Makan pagi. Pelayananya luamaa sekali. Hampir dua jam waktu habis untuk makan. Sop ikan, kare ayam, ayam lalap. Tak ada yang spesial. Wisata kuliner belum dimulai. Sementara menunggu makanan, saya disibukkan dengan telepon kesana-kemari, ke tim monev dikti, koordinator PPGT, dan koordinator S1-KKT. Rencananya, selasa-rabu minggu depan akan ada monev dari tim dikti. Maka tidak ada pilihan, sambil refreshing pun, koordinasi harus tetap dilakukan.

Tujuan pertama kami adalah  Taman Nasional Bantimurung. Objek menariknya adalah air terjun, goa batu, goa mimpi, dan museum kupu-kupu. Suara alamnya komplit. Air membuncah memecah bebatuan, nyanyian kumbang berbaur dengan kicau burung. Teriakan anak-anak kecil bermain air, dan suara para penjual suvenir menjajakan dagangannya.

Kami keluar dari taman nasional sekitar pukul 14.00 WITA. Enam mobil kijang innova yang mengangkut kami sudah berbaris menunggu muatannya. Ya, tour leader kami menyiapkan kijang innova untuk transportasi. Bukan bus. Alasannya, jalan dari Makasar ke Tana Toraja banyak yang rusak, tidak cukup lebar, sehingga kurang nyaman kalau menggunakan bus. Dan memang benar. Meskipun jalan provinsi, banyak bagian jalan yang rusak berat.  

Kami mampir ke restoran lokal untuk makan siang. Menunya khas. Ayam palekko, masakan dari ayam kampung, berbumbu pedas. Di lidahku, bumbunya berasa seperti paduan antara bumbu rujak dan bumbu kare. Pedas, tajam, gurih. Mengingatkanku pada belut bumbu pedas di Tuban. Menu khas yang lain namanya sokko ikan kering.  Ketan hitam, dibubuhi kelapa, dengan lauk ikan asin tebal digoreng kering. Meskipun ini makanan yang tidak lazim dalam menu kita sehari-hari, tetapi ternyata rasanya enak juga. Anak-anak yang juga mencoba makanan itu,  malahan minta tambah lagi. 

Wisata kuliner dimulai. Besok, di Tana Toraja, kami akan berburu ikan bakar. Sasaran yang lain, tentu saja adalah sop konro, sop sodara, coto makasar, es palluputung, dan es pisang hijau; yang akan kami lahap di Kota Makassar, sekembalinya dari Tana Toraja besok. 

Kami semua meluncur menuju Tana Toraja. Di tengah perjalanan, kami sempat berfoto bersama di jembatan sungai Pare-pare ketika matahari tenggelam dan bulan berwarna jingga muncul di atas hamparan  sungai yang airnya penuh dan bening. Juga singgah di masjid jami yang berdiri di pinggir laut kota Pare-pare untuk menunaikan sholat maghrib. Tentu saja, tidak melewatkan momen itu begitu saja. Berfoto bersama lagi. Oh.  Indahnya senja hari di kota Pare-pare.....

Dan meluncurlah kami melanjutkan perjalanan ke Tana Toraja lagi......

Wassalam,
LN


Tim Roket Unesa Siap Bersaing di Kontes Muatan Roket Indonesia

Berdasarkan surat Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang tertanggal 29 Maret 2012, satu roket Unesa dinyatakan berhak melaju ke Kontes Muatan Roket Indonesia (Komurindo). 

Satu tim roket Unesa yang dinyatakan lolos seleksi tahap II tersebut adalah Mata Dewa yang beranggotakan 3 mahasiswa Fakultas Teknik Unesa. Mata Dewa merupakan satu dari 40 tim roket dari berbagai perguruan tinggi se-Indonesia yang dinyatakan lolos seleksi tahap II oleh tim juri. Keempat puluh tim roket tersebut harus bersaing di Komurindo 2012 yang akan dilaksanakan pada tanggal 07 – 10 Juni 2012 di Pantai Congot, Kulonprogo, Yogyakarta.

Acara Komurindo 2012 ini merupakan kerja sama Dikti dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan Pemda Kabupaten Kulonprogo. Keempat puluh tim tersebut disarankan untuk mengikuti acara workshop persiapan pertandingan yang akan dilaksanakan di UNY pada tanggal 19 April 2012 mendatang. 

Selamat kepada tim Mata Dewa yang sudah lolos seleksi, seluruh civitas akademika Unesa selalu mendukung. (Iman-Humas Unesa/Im)

PLPG 2012 Paling Cepat Dilaksanakan Juni Depan

PLPG pasti dilaksanakan untuk peserta yang lolos UKA tahun ini. Namun, mereka harus sabar menanti sebab kemendikbud menjadwalkan PLGP bakal digelar Juni depan. Termasuk pelaksanaan PLPG di Unesa.

  Pertengahan April mendatang ditandatangai kontrak kerja antara pelaksana PLPG dan penyelenggara (kemendikbu). Ikatan kontrak ini perlu mengingat LPTK adalah pihak yang terlibat teknis dalam pelaksanaan PLPG. Setelah kontrak kerja ini diteken, selanjutnya seluruh guru peserta PLPG siap untuk dididik dan dilatih. Gultom menuturkan, pihaknya menjadwalkan seluruh guru mulai masuk PLPG pada Juni nanti. Dia memilih bulan tersebut karena bertepatan dengan libur sekolah. "Jadi tidak sampai mengganggu kewajiban mengajar di sekolah," ujar dia.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMP-PMP) Kemdikbud mengatakan, durasi PLPG ini ditetapkan 90 jam dan akan berlangsung selama sembilan hari. Dia mengingatkan, dalam pelaksanaan PLPG ini seluruh guru atau peserta tidak dipungut biaya. 

Selain itu,peserta akan disiapkan penginapan di masing-masing LPTK. Beberapa kampus negeri sudah ditunjuk LPTK untuk menjalankan PLPG dengan sukses. Misalnya di Universitas Negeri Jakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Negeri Surabaya.

Sesuai dengan hasil UKA yang dihelat akhir Februari lalu, jumlah peserta PLPG adalah 249.001 orang. Di akhir masa PLPG, akan dilakukan ujian kompentensi akhir. Bagi peserta yang lulus, akan mendapatkan sertifikat pendidik professional dan berhak memperoleh tunjangan profesi pendidik (TPP). Bagi yang belum lulus, guru harus mengikuti PLPG susulan. 

 "Tidak ada ketentuan kuota jumlah peserta PLPG yang lulus dan mendapatkan sertifikat," katanya. Gultom menegaskan, pihaknya sudah menetapkan passing grade tertentu untuk kelulusan PLPG. 

Sementara itu bagi calon peserta PLPG yang gagal UKA, Gultom mengatakan Kemendikbud sudah menyiapkan beberapa langkah. Diantaranya, mereka merancang seluruh guru yang tidak lulus UKA akan mengikuti diklat khusus. "Jadwalnya masih belum ditetapkan," tandas Gultom.

Jika guru yang tidak lulus UKA tadi berhasil lulus diklat khusus, tahun depan yang bersangkutan tidak perlu ikut UKA kembali. Para guru ini bisa langsung ikut PLPG periode 2013. Sebaliknya bagi yang tidak lulus diklat khusus tahun depan harus ikut UKA lagi sebagai saringan masuk PLPG. 

Berkaitan dengan PLPG 2012, Unesa menyatakan siap melaksanakan sesuai dengan ketentuan. "Kita siap seratus persen menjalankan PLPG 2012", ujar Alimufi, selaku koordinator pelaksanaan PLPG di Unesa. (Suyatno-Humas)

Songsong Fakultas Baru, Jurusan Seni Rupa Unjuk Gigi

Songsong fakultas baru, Jurusan Seni Rupa Unesa mulai pencitraan melalui gelar karya dan undang perti lain yang juga mempunyai prodi Seni Rupa dan Desain. Pencitraan dilakukan melalui pesta seni yang sukses. 
Ini kerja yang maksimal. Betapa tidak. Hanya dalam dua bulan, acara bertajuk 'Buffalo Gathering' berjalan dengan lancar dan sukses. "Semua ini berkat kepedulian mahasiswa dan para dosen", ujar Dr. Julijati, ketua Jurusan Seni Rupa. Acara yang digelar selama 3 hari (6-8/4) di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS)-Unesa Lidah. dihadiri 18 kampus se-Jawa-Bali, di antaranya ISI, IKJ, UM, UNS, UNDIKSA, Ciputra, Petra, STKW, dan UB. Acara yang dijubeli pengunjung itu digelar di ruang kosong, taman, dan panggung terbuka. Tema acara adalah 'C (art) nival'. Tema unik ini diartikan sebagai usaha berkesenian yang menyenangkan.
Acara dibuka oleh PD3 FBS, Beny Herawanto. "tTradisi berkesenian seperti ini perlu dikembangkan terus", ujar Beny. Menurut Kehonk, ketua pelaksana mahasiswa, begitu nama panggillannya, konsep acara tersebut dipilih untuk menanggapi berbagai stigma negatif yang muncul dalam masyarakat. "Buffalo Gathering sering dinilai negatif," ungkap pria asal Manukan itu. Padahal secara luas dan adat daerah tertentu, kebo (kerbau.red) dianggap sebagai hewan yang suci. Misalnya, di Toraja, kerbau dijadikan sesembahan upacara pemakaman.
Hasilnya ada beberapa karya seni berupa lukisan, patung, seni kriya, dan multimedia art. Dari keseluruhan karya yang dipamerkan, tidak ada yang ditonjolkan karena ini adalah ajang kreativitas untuk bersenang-senang sehingga para pesertanya tak merasa terbebani dan bebas berekspresi. Namun, menurut Kehonk jumlah karya yang paling banyak adalah lukisan. Ada sekitar 50-an lebih berbagai macam lukisan. Di sinilah semangat berkarya para pemuda semakin terasa. (Lia/syt-Humas)

Haji Brekele!!

Detail, kronologis, dan mendebarkan!! Tiga kata ini setidaknya bisa mewakili buku baru terbitan Maret berjudul "Haji Nekad." 

Buku ini berisi kumpulan tulisan bersambung wartawan Jawa Pos, Haji Bahari. Ia melakukan ibadah haji melalui jalur darat. 

Saya menjumpai buku ini kemarin. Tak pikir panjang, saya langsung membelinya. "Pasti menarik," kataku. 

Adam bertanya, "Buku siapa Yah?" "Pak Haji Brekele. Tuh dulu yang pernah bentak Adam."

Saya dan Bahari, saat dia di Jakartan memang lebih mirip perangko dan sampul surat daripada hanya sekadar sahabat. Kami bertetangga. Satu rmah dibelah dua, di Jalan Adam, Kebayoran Lama. Pergi liputan bersama. Ke lokasi bareng. Pulang boncengan Tiger besar mirip Moto-GP. Hanya tidur saja yang kita pisah ranjang hehe. 

Saya kenal wataknya. Juga kesehariannya. Saat saya punya anak pertama dan lagi senang-senangnya, Adam usia 2 tahun, baru bisa jalan, Brekele, begitu kami saling menyapa, membentak (ngagetin) Adam. Saya mbesengut. Arek cilik digedak, kaget!! Saya kuatir sawanen!! Sebagai Bapak anyar, saya senewen betul.. Hehe.... tapi itulah romantika persahabatan. 

Saya belajar banyak pada Bahari. Tulisannya maknyus. Bukan itu saja. Proses menggali informasi, kegigihannya menembus sumber, dan merangkai pertanyaan, duhh...nggak ada duanya. Juga idealismenya. "Ini yang mahal." Idealisme!! 

Dia nyaris nggak peduli pada aturan redaksi. Apalagi sama atasannya. Jika dirasakan gak masuk akal, siap-siap dapat perlawanan sengit darinya. Baginya, wartawan itu independen dan idealis, bertanggung jawab. Ini tak bisa ditawar. 

Saya amat bersyukur tandem dengannya. Kejeliannya patut diacungi jempol. Juga keberaniannya. Itu pula yang membawa saya berani masuk ke sarang Soeharto, presiden junta militer orde baru. Nekad!! 

Bahari sebelum ke Mekkah juga perag menguji nyalinya ke Afghanistan. Saat AS menyerang ke negeri "Osama" itu. Di saat watawan lain melaporkan dari perbatasan, Bahari berhasil berpetualang dengan komandan lapangan Taliban. Cak Sol bisa cerita banyak soal ini.

Saat OPM mengganas, dia berhasil mask ke kota tembaga pura yang sanggat tertutup. Ada banyak akalnya untuk mengelabuhi petugas. 

Buku ini merupakan petualangan lainnya. Juga uji nyalinya. Mati? Jangan tanya. Dia selalu bilang, "Mati takdir Ilahi. Di mana pun bisa mati. Bahkan di kasur saat senang-senang sama lonthe!!" 

Awalnya memegang buku ini saya langsung membuka halaman saat Bahari ingin memasuki Myanmar. Awalnya saya menggerutu. "Tulisan brekele kok jadi kaku begini." Saya khawatir campur tangan redaktur membuat tulisannya garing dan sakral. Biasanya renyah dan mengalir. Tapi saya teruskan membaca pada bab yang saya penasaran. (Saya memang jarang membaca buku secara berurutan, kecuali buku yang saya anggap harus dibaca dari depan seperti buku Adolf Hitler: Mein Kampf. Awalnya saya baca di halaman 722, tapi akhirnya saya putuskan membaca dari bab awal).

Tulisan reportase ini menarik. Sangat detail dan kronologis. Lengkap dengan kisah-kisah petualangan yang menegangkan. 

Sayang, Bahari tipe wartawan sejati. Dia jarang melibatkan emosinya di sini. Wartawan selalu melaporkan kejadian. Sulit sekali menukilkan emosinya sendiri, perasaannya sendiri, yang menyertai peristiwa. Intinya "nggak boleh onani." 

Namun, andai sedikit diberi polesan emosisnya, saya yakin buku ini tambah menarik. Saat dia tak bisa masuk Myanmar. Saat perjalanan di kopaja bersama mahasiswa, bejibun barang bawaan, dan tak bisa bergerak, saat akan ditahan imigrasi, dan saat memasuki kota Mekah. Saya jadi ingat tulisan Prof Ela. Gaya reportase prof ela lebih mengumba emosinya daripada melaporkan peristiwanya. Ini terjadi karena beda tujuan ketika tulisan dibuat. Bahari menulis untuk pembaca JP. Prof ela menulis untuk dirinya sendiri. Syukur syukur dibaca miliser.

Buku ini penting dibaca calon penulis, siswa sd, sm, sma, mahasiswa. Setidaknya bisa dipakai pijakan bagaimana cara menulis reportase ang menarik dan menegangkan!

Bravo Pak Haji Brekele..!!
Salam
Habe Arifin 


Revolusi Putih: mengganyang kebodohan, mencerdaskan bangsa

Lina Wijayanti Terapkan Resep 3B

Written By Apa Kabar Unesa on Jumat, 06 April 2012 | 22.14

Kuliah itu bermain. Kuliah itu belajar. Kuliah itu berbagi. Inilah pandangan unik Lina Wijayanti tentang perkuliahan. Lina, panggilan akrabnya, tidak menyangka tiga resep perkuliahan ini membawanya menjadi wisudawan terbaik FIP.
            Goresan ide dalam skripsinya yang berjudul “Pengembangan Konsep Pecahan dengan Representasi Bangun Datar dalam PMRI Melalui Design Research di Kelas V SD Laboratorium Unesa” mengantarkannya lulus dengan masa studi 3,5 tahun, dan menyandang predikat cumlaude.
Lulus lebih awal dibanding teman seangkatannya, bukanlah perkara mudah. Gadis berkerudung yang aktif berorganisasi tersebut harus pandai membagi waktunya. Agendanya sering berbenturan antara jadwal kuliah, tugas, kepanitiaan, dan pekerjannya sebagai co.ass lab. “Tapi yang jelas, saya membuat sebuah 'daily activity' yang saya tempel di kamar sebagai solusi”.
            Saat ditanya mengenai keberaniannya untuk lulus 3,5 tahun. Ia menjawab, “Ceritanya panjang. Tapi yang jelas saya berterima kasih kepada Ibu Neni Mariana, S.Pd.,M.Sc. karena  sudah sepenuhnya membimbing saya dan menantang saya untuk mengambil program skripsi lebih awal,” ungkapnya haru.
            Calon tenaga pendidik yang memiliki prinsip bola bekel dan dandelion itu mengungkapkan keinginannya mencari ilmu ke jenjang yang lebih tinggi. Menurutnya, ilmu/pendidikan itu spesial dan akan menjadikan seseorang spesial. (Ema)

Dr. Darni, M.Hum, Angin Segar untuk Kritik Sastra

“Saya belajar dengan giat, yang terpenting fokus pada kuliah, dan lulus tepat waktu. dan meraih predikat pujian memang impian saya” tutur Dr. Darni, M.Hum. Ia merasa bangga telah meraih IPK 3,822 pada Program S3 Pascasarjana Unesa.
    Menjalani aktivitas sebagai tenaga pendidik dan mahasiswa membuat Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS Unesa itu harus pintar-pintar membagi waktu. Niat mengembangkan ilmu, menjadi motivasi utamanya. “Saya studi sambil melaksanakan darma pengajaran, yakni mengajar dan membimbing skripsi. Semua dapat saya laksanakan dengan baik karena niat utama saya mengabdi” Jelasnya.
Sosok yang tertaik menekuni studi perempuan itu menulis disertasi Kekerasan terhadap perempuan dalam Fiksi Jawa Modern: Kajian New Historicism”. Ia menggunakan teori new historicism untuk membedah fiksi Jawa. Menurutnya teori ini relatif baru dan belum banyak ditulis orang. Melalui karyanya itu, Darni berharap  dapat memberikan angin segar pada dunia kritik sastra, khususnya kritik sastra Jawa modern. Melalui karyanya, perempuan yang menamatkan gelar Master Ilmu Sastra di Universitas Indonesia itu berharap dapat mengangkat citra perempuan yang selama ini masih termarginalkan dan banyak mengalami kekerasan.
Sebelumnya, mantan Kepala Pusat Studi Wanita Unesa 2008 juga mengkat isu wanita dalam karya-karyanya. Kemandirian Wanita Jawa dan Bali  (Sebuah Kajian Sastra Bandingan), Fenomena Baru dalam Tulisan Wanita Sastra Jawa Modern Menjelang Tahun, dan Arah Perjuangan Perempuan dalam Fiksi Jawa Modern telah lahir dari buah pikirannya. (Ayu)

Endah Emawati, Mahir Berakrobat

“Perlu mahir berakrobat untuk menjalani dua aktivitas,” tutur Endah Emawati. Diakuinya selama menempuh studi, dia harus benar-benar pintar membagi waktu agar pekerjaan dan kuliahnya dapat berjalan lancar. Kini perjuangannya menyelesaikan studi S-2 terbayar sudah. Wanita yang berprofesi sebagai editor ini meraih IPK tertinggi 3,70.
Faktor lingkungan telah mendorong editor Harian Surya itu terus belajar. Teman-temannya selalu memberikan semangat. Menurutnya, butuh tiga kali lipat usaha  agar tidak ‘malu-maluin’ ketika berbicara dengan para dosen dan guru senior. Lebih jauh, usaha Redaktur Pelaksana Tabloid Anak Hoplaa tahun 1994-2000 itu, menuntut dirinya untuk tegas, dan membiaskan diri bekerja dengan target waktu dan hasil. Target waktu jangka pendeknya, menyelesaikan tugas sebelum batas terakhir. Target itulah, motivasinya lulus dalam waktu empat semester, “jika ada kesempatan, saya ingin melanjutkan studi, yang pasti semua itu indah pada waktunya” ungkapnya.
    Tesis berjudul “Petualangan dalam Cerita Anak “Serial Sandi” dan “Serial Anak-anak Leuser” karya Dwianto Setyawan” yang dipilihnya. Menurutnya, cerita anak ikut menjadi dasar pertumbuhan anak. Melalui, cerita anak, orang dewasa dapat menyampaikan pesan dengan cara yang menyenangkan. Sayangnya, cerita anak yang dibuat orang dewasa biasanya membosankan karena sarat nasihat. Seyogyanya cerita anak dibuat dengan mengikuti karakter anak sehingga pembaca akan terbawa dalam kisah itu. Tanpa nasihat berpanjang-panjang, anak akan memahami pesan melalui para tokoh dan jalinan cerita.
Menurutnya, Anak butuh petualangan yang mendorong imajinasinya. Petualangan menjadi bagian penting dalam cerita anak. Dalam petualangan terselip nilai pendidikan dan nilai personal. Serial Sandi dan Serial Anak-anak Leuser karya Dwianto Setyawan mewakili petualangan, imajinasi, rasa ingin tahu, dan kisah mendebarkan. “Menariknya, Dwianto mengambil latar belakang situs sejarah di Jawa Timur dan Kalimantan serta taman ekowisata Hutan Leuser di Aceh. Lokasi itu tidak sekadar ditempelkan, tetapi juga menjadi bagian dari cerita,”  jelasnya. 
Penulis sekitar 200 cerita anak itu mengaku memahami dunia anak. Karya-karyanya pernah diterbitkan Edumasa dan Edumedia. Cerita anak Poksai Biru milikinya mendapat penghargaan tingkat nasional Adikarya IKAPI tahun 2000. (Ayu) 

Dina Hanif Mufidah: Makin Tertantang untuk Belajar

Written By Apa Kabar Unesa on Jumat, 30 Maret 2012 | 00.01

Prestasi membanggakan ditore­hkan alumni Universitas Negeri Surabaya. Dina Hanif Mufidah terpilih mewakili Indonesia dalam ajang Amazing Mind 2012 di Da Nang, Vietnam, Februari lalu. Banyak hal menarik yang didapat Dina kala menjadi perwakilan dalam ajang konferensi internasional bagi guru-guru bahasa Inggris tersebut. Selain lebih banyak mengenal socio cultural negara-negara Asean, sebagai pendidik ia semakin tertantang untuk be­lajar dan terus belajar.

Ditemui usai mengikuti ujian su­sulan UKA (Uji Kompetisi Awal) di gedung Lem­baga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Ketintang Wiyata beberapa waktu lalu, perempuan yang kini mengajar di SD Muhammadiyah Gresik Kota Baru (GKB) memaparkan banyak hal terkait ke­ikutsertaannya mewakili Indonesia dalam ajang Amazing Mind 2012.

Dina memaparkan bahwa pada awal­nya ia sama sekali tak menyangka bisa ter­pilih menjadi salah satu peserta yang berhak mewakili Indonesia dalam ajang in­ternasional. Semua itu bermula dari keikutsertaannya dalam seleksi guru Bahasa Ing­gris yang diadakan oleh Pearson, sebuah lembaga pendidikan yang bermarkas di Ing­gris beberapa bulan lalu. Para guru terbaik yang terpilih itulah yang akan mewakili ti­ap negara untuk bertemu dalam sebuah kon­ferensi bagi guru-guru Bahasa Inggris. “Ke­betulan tahun 2012 ini, Amazing Mind di­a­da­kan di Da Nang, Vietnam,” papar Dina.

Untuk bisa mengikuti Amazing Mind, lan­jut Dina, seleksinya cukup ketat. Selain pi­hak Pearson mencari sendiri, peserta diseleksi me­lalui pengiriman karya. Seleksi dilakukan tidak hanya jenjang SD, tetapi hingga Per­guruan Tinggi. “Seleksi masing-masing jen­jang tentu berbeda. Untuk seleksi bagi gu­ru SD lombanya bernama Story Telling for Primary Teacher. Alhadulillah pada katagori itu saya terpilih menjadi juara pertama me­lalui dongeng Winne the Witch and the Burglar,” jelasnya.

Dina menambahkan, sebenarnya me­tode mendongeng yang diusungnya ter­bilang kalah canggih dari segi teknologi karena peserta lain sudah menggunakan pe­rangkat komputer yang canggih. Namun, mungkin karena ia menyampaikan dongeng itu dengan gaya bertutur dipadu gerak tea­terikal sehingga mampu membuat juri hanyut dalam cerita tersebut. “Alhamdulillah, sa­ya berhasil mendapat juara pertama pada kom­petisi Pearson Story Telling for Primery Teacher,” ungkap perempuan yang memang ho­bi mendongeng ini.
Winne the Witch and the Burglar ini men­ceritakan perjuangan sang penyihir yang tidak pernah menyerah dalam mempelajari ilmu sihir baru meski berkali-kali gagal. Pesan yang disampaikan dalam cerita tersebut ada­lah sebuah ajakan agar para siswa selalu ber­semangat dalam belajar dan tidak pernah pu­tus asa karena suatu saat akan ada hasil yang diraih.

Menambah Wawasan

Mengikuti ajang internasional sema­cam Amazing Mind bagi Dina merupakan ke­banggaan tersendiri. Dari ajang seperti ini, Dina mengaku dapat memperkaya kha­sanah dirinya dengan pengetahuan dan pengalaman, sekaligus menjadi wakil In­do­nesia dan membawa nama bangsa di ajang internasional. 

“Banyak hal yang bisa saya pelajari dari ajang internasional ini. Kami bisa saling me­ngenal kultur sosial masing-masing negara peserta serta perkembangan pen­di­dikan di masing-masing negara. Yang paling mem­buat saya makin termotivasi adalah se­mangat untuk terus belajar dan belajar,” tegasnya.

Dina menyayangkan masih ba­nyak­nya guru yang belum sadar betul dengan pro­fesinya sehingga kerap dijumpai banyak guru yang masih asal-asalan dan belum to­tal dalam menjalankan perannya sebagai pen­didik sekaligus pengajar. Padahal, guru ada­lah sumber motivasi bagi anak didiknya. Bagaimana anak-anak bisa belajar sesuatu jika tak banyak motivasi yang didapat dari sang guru.  Karena itulah, Dina bertekad untuk semakin total dalam menjalankan perannya sebagai guru. 

Di Vietnam, Dina tidak lagi diminta mendongeng karena mendongeng hanya teknik seleksi saja. Dalam Amazing Mind 2012 di Vietnam itu, para peserta saling presentasi dengan peserta dari negara lain tentang metode pembelajaran Bahasa Inggris yang paling tepat yang dimiliki. Sehingga bila memang itu dianggap tepat, bisa digunakan peserta lain di negaranya masing-masing.

Pearson Story Telling for Primery Tea­cher merupakan kompetisi bagi para guru mu­lai jenjang SD hingga Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Pearson, sebuah lem­baga penerbitan dan pembelajaran ba­hasa Inggris yang berpusat di Inggris. Sa­lah satu tujuannya adalah mencari teknik pe­ngajaran Bahasa Inggris yang tepat bagi siswa. (sir/man)

Berita

Sharing

Alumni

Profil

 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011. Apa Kabar Unesa - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger